Fatih dan Semut

DSC01432

Fatih sama seperti para balita berumur dua tahun yang lainnya. Anak pertama kami ini sedang aktif-aktifnya bereksplorasi di dalam rumah maupun di luar rumah. Tidak heran banyak kalimat-kalimat baru hasil inisiatifnya dan tentu saja keajaiban-kejaiban muncul dari perilakunya.

Sore itu Fatih sedang menikmati cemilan roti bolu. Kali ini tidak hanya memakannya tetapi roti bolu itu diremuk kecil-kecil dan disebar ke beberapa tempat bermainnya.

“Fatih, kok rotine disebar-sebar ngono? Kan roti kuwi dinggo dimaem? Ndak marai okeh semut.”

Di luar dugaan saya, Fatih menjawab dengan sangat enteng. Khas anak-anak.

“Ibu, yotinya nggo cemut. Ben cemute meyu maem. Ben cemute cepet jede. ”

Walaupun masih belum fasih berkata-kata, Fatih sudah mulai mampu merangkai kalimat sederhana. Roti miliknya memang sengaja disebar agar dimakan oleh semut. Biar semutnya cepat gede katanya.(*haisshh tih tih...)

Selama ini memang setiap mau makan, saya membujuk Fatih salah satunya makan biar cepet gede. Bagi Fatih menjadi gede adalah menjadi sesuatu yang menyenangkan. Boleh naik sepeda mini, boleh mainan gunting ibunya, boleh memotong sayur dengan pisau dapur dan kenikmatan-kenikmatan lainnya yang sementara masih ditunda diberikan untuk masa sekarang ini. Memang belum waktunya Fatih bermain seperti itu. (*tunggu masanya ya, sayang)

Sejauh ini bujukan itu berhasil. Dan sepertinya Fatih juga menginginkan semut-semut yang kecil itu segera menjadi gede. Tentu saja Fatih belum memahami bahwa semut memiliki ukuran tubuh tertentu. Ada waktunya nanti menjelasakan tentang dunia semut. *ibu taq tuku bukune sik

Selain menerapkan konsep makan untuk tumbuh menjadi besar, pelajaran berbagi yang saya ajarkan kepada Fatih sepertinya sudah mulai tersimpan dalam memorinya. Sebelumnya, Fatih seorang yang over protective atas harta kepemilikannya. Ada teman yang menyentuh mainan atau makanannya maka akan terjadi perseteruan yang pasti berbuah tangis di salah satu anak, atau bahkan keduanya. *tirun mboke opo pakne yaa...

Dan kini Fatih mulai bisa berbagi, walau dengan semut. Semoga setelah ini, Fatih mau berbagi dengan teman-temannya. *aamiiinn...

Kisah Fatih dengan semut bersambung ketika Mbahuti Fatih melihat serombongan semut sedang bermigrasi. Dengan sigap Mbahuti mengambil sapu dan menghalau semut-semut keluar rumah. Fatih yang melihatnya malah menangis. *lha koq?

“Fatih, ngopo koq nangis?”

“Ibu, cemute mesakkeh. Dicapu Mbahuti mengko ndak cemute mati. Ojo dicapuuu, Mbaaaahh…..”

Ketika sebelum-sebelumnya Fatih hobi mengejar semut kemudian membunuhnya, kini Fatih sudah mulai berwelas asih dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. *(y)

Tidak mudah mengajari makna kasihan kepada balita dua tahun ini. Tapi sejalan dengan perkembangan pola pikirnya, Fatih tahu kapan dia siap dengan makna-makna kata yang diajarkan oleh bapak ibunya. Kami tidak memaksa, biarkan tetap berjalan alami. *yupp...

Kami, para manusia dewasa, kembali belajar bersama si kecil untuk kembali belajar menyayangi makhluk hidup dan tidak membunuh mereka.*selfplak!

Ibuuuuu… Nyamuke nakay!” Fatih menggaruk pahanya yang bentol merah.

Wah, kalau sama nyamuk ibu dan Fatih tetap tega membunuhnya.

Hihihi…